Ibnu Taimiyah : ilmu yang baik adalah ilmu yang mengarah kepada
pemahaman Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena keduanya merupakan warisan
Nabi. Siapa mau mengambil keduanya, maka akan beruntung.
Ibnu Abbas : benih-benih pengetahuan adalah mempelajari ilmu.
Ibnul Mubarok : pertama kali ilmu adalah niyat, kemudian mendengarkan,
kemudian memahami, kemudian menghafal, kemudian mengamalkan, kemudian
menyampaikan kepada orang lain. Umar Maula Ghufroh : Orang yang pandai itu masih bisa dikatakan pandai
selama ia tidak mendahulukan akal/hawa nafsu / ro’yu-nya kemudian ia mau
mendatangi orang yang lebih pintar lagi darinya untuk menimba ilmunya.
Abu Kholid Al-Ahmar : akan datang suatu masa, mushaf Al-Qur’an dan
tafsirnya tidak dibaca dan dikaji lagi, manusia saat itu hanya mengikuti
pembicaraan dan pendapat seseorang. Hindarilah sikap seperti itu, jika
tidak, hal itu hanya akan menampar wajah, memperpanjang komentar yang
tidak jelas ujung pangkalnya dan membuat rusaknya hati.
Rusaknya pemikiran, mental & tindakan manusia hari ini merebak di
berbagai kolong bumi. Keluarga yang nampaknya muslim telah teracuni
pemikiran sekuler dan kafir, sehingga mereka jauh dari pemahaman Islam
yang benar. Secara lahiriyah, gelar-gelar akademis sebagai Guru,
Alim-ulama, Doktor, Sarjana, Profesor dan status sosial di tengah
masyarakat sebagai ketua RT, RW, Lurah, Camat, Bupati, Gubernur,
Menteri, Presiden bahkan sampai Direktur perusahaan tertentu telah
mereka raih, akan tetapi hal itu tidak menjadikan mereka merasa takut
kepada Allah dan semakin benar sikap ibadah kepada-Nya, bahkan bersikap
sebaliknya.
Hal ini barangkali disebabkan ketika mencari ilmu, ada beberapa hal
yang tidak benar, yaitu belum mengerti adab-adab mencari ilmu dan
bagaimana cara meraih/mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Agar diri dan keluarga muslim tidak terjebak oleh pengaruh orang-orang kafir dan sekuler, kita ikuti kajian berikut ini.
B. ADAB-ADAB MENCARI ILMU
1. Ikhlash Lillah
Hendaklah seorang pencari ilmu selalu mengoreksi dan memperbaiki
niyatnya, beramal untuk-Nya, menghidupkan syariat-Nya, menerangi hati
dan batinya dan selalu taqarub kepada Allah.
2. Menjaga diri secara lahir dan batin dari hal-hal yang bertentangan dengan hukum Allah
Thalib Ilmy, harus selalu menampakkan secara nyata sunnah Nabi dan meninggalkan amalan-amalan bid’ah dalam segala keadaan.
Abdul Malik Al-Maimuni : aku belum pernah melihat manusia sehebat Imam
Ahmad bin Hambal, pakaiannya selalu putih-bersih, kumisnya bersih,
jenggotnya rapi dan janjinya selalu tepat. Beliau diam dan geraknya
selalu menghidupkan sunnah.
Khotib Al-Baghdady : tholib ilmy harus meninggalkan sendagurau, tertawa
terbahak-bahak, boleh saja tertawa namun jangan sampai keluar dari
etika ilmu. Sebab tertawa akan mematikan hati dan mengurangi wibawa
seseorang.
Imam Malik : hendaklah tholib ilmy selalu bersikap lunak, tenang dan
khusyuk dan selalu mengikuti akhlaq orang-orang terdahulu.
Menjaga batin disini maksudnya : menghindarkan diri dari akhlaq yang
tercela dan sifat-sifat tidak terpuji. Karena ilmu itu merupakan
ibadahnya hati, hubungan yang tersembunyi tetapi membawa kedekatan diri
kepada Allah Ta’ala.
Abu Hamid : hati ibarat rumah, ia merupakan tempat turunnya Malaikat,
tempat bersandarnya keputusan, maka sifat tercela seperti marah,
syahwat, iri-dengki, sombong, berbangga dan sifat keji lainnya jika
selalu menggema di dalam hati, itu ibarat binatang anjing yang
menggongong, kalau sudah begitu bagaimana mungkin Malaikat akan masuk ke
dalam rumah-nya ?
3. Pikiran & hatinya konsentrasi kepada ilmu, Singkirkan rintangan dan kebiasaan buruk
Kebiasaan bermalas-malas, bersantai ber-mental cengeng adalah rintangan
seorang pencari ilmu. Ini adalah betul-betul merupakan halangan.
Ada tiga hal yang akan merintangi perjalanan manusia kepada Allah : 1.
Syirik 2. Bid’ah 3. Maksiat. Syirik akan tumbang dengan Tauhid, Bid’ah
akan tumbang dengan Sunnah dan maksiat akan tumbang dengan taubat.
Syu’bah berkata : kamu sangat sibuk dengan bisnis di pasarmu, pantas
kamu sukses hebat duniamu, sedangkan saya belajar hadits, maka saya
menjadi papa.
Sofyan bin Uyainah : tinta-tinta ilmu dan kajian hadits tidak akan
memasuki rumah, kecuali aktivitas itu akan menjadikan papa keluarga dan
anak-anaknya.
Maksudnya, meskipun kesibukan taklim keluar rumah, jangan sampai keluarganya berantakan nasib ekonomi dan jaminan keamanannya.
Apabila seorang tholib datang kepada Sofyan Ats-Tsauri maka ia ditanya :
Apa kamu sudah punya maisyah/penghasilan ekonomi, bila jawabannya
belum, ia disuruh pulang, bila jawabnya sudah dan cukup, maka boleh
ikut belajar bersama Sofyan Ats-Tsauri.
4. Selalu berhati-hati dalam masalah makan
Rosulullah bersabda : Sesungguhnya syetan betul-betul berjalan
mengalir lewat aliran darah manusia, maka persempitlah aliran darah itu
dengan cara berlapar-lapar, agar syetan tidak bisa masuk. Hadits
Riwayat Ahmad.
Imam Syafi’i : saya tidak pernah merasa kenyang selama 16 tahun,
karena banyak makan ( berkenyang-kenyang ) akan mudah mengantuk,
menumpulkan akal, melemahkan perasaan dan malas badan. Maka banyak makan
itu dibenci oleh syari’at.
Banyak makan dan minum hanya akan menyibukkan diri untuk masuk-keluar
WC, orang yang berakal pasti akan menjaga betul dalam masalah ini.
Ibnu Qudamah : syahwat perut adalah syahwat yang paling berbahaya.
Karena syahwat perut inilah Nabi Adam terusir dari surga, syahwat perut
akan menyeret kepada syahwat kemaluan dan gandrung kepada harta.
Rata-rata malapetaka jiwa itu berangkat dari kenyangnya perut.
Seorang pencari ilmu ia harus ektra-hati-hati dalam segala keadaan,
selalu meneliti ke-halalan makanan, minuman, pakaian dan tempat
tinggalnya, juga segala kebutuhan keluarganya. Hal itu agar hati diri
dan keluarganya mendapatkan cahaya dan mudah menerima ilmu.
5. Sedikit tidur dan bicara
Al-Hasan bin Ziyad rajin mengkaji ilmu-ilmu keislaman, dia berumur 80 tahun, selama 40 tahun-nya ia jarang tidur.
Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibani : ia tidak tidur malam, buku-buku
bertebaran di sampingnya, di samping tempat belajarnya ia sediakan
seciduk air untuk menghilangkan kantuknya itu. Ia berkata : ngantuk itu
adalah panas, maka harus diguyur dengan air dingin agar tidak ngantuk.
Ibnu Abdil Barr : fitnah seorang alim apabila dia suka banyak bicara.
Orang mendengar itu selamat dan akan bertambah ilmu dari orang yang
berbicara, sedangkan pembicaraan itu kadang ada hiasan, tambahan dan
pengurangan. Orang yang banyak bicara akan menunggu fitnah, orang yang
diam akan menuai rahmat.
6. Mengurangi pergaulan jika perlu dan selektif memilih kawan
Pergaulan jika mampu adalah pergaulan yang membawa kebaikan dan takwa,
hal itu sangat dianjurkan, akan tetapi jika membawa maksiat dan dosa
itulah yang dilarang. Bahkan pergaulan antar kaum muslimin merupakan
unsur ibadah, seperti sholat berjama’ah lima waktu, sholat dua hari
raya, sholat gerhana, pelaksanaan ibadah haji dan jihad fie sabilillah.
Celakanya pergaulan, jika hanya akan membawa sia-sianya umur tanpa
guna, rusaknya aqidah, hancurnya harta benda dan jatuhnya harga diri.
Pilihlah kawan yang shalih, punya pemahaman dien, taqwa, waro, cerdas ,
suka berbuat baik, sopan diplomasinya, suka diskusi yang bermanfaat,
jika kamu lupa ia mengingatkanmu, jika kamu butuhkan selalu siap
membantumu dan jika sedang teruji masalah selalu sabar.
Carilah kawan yang punya lima sifat : berakal, akhlaqnya baik, bukan
orang fasik, bukan ahli bid’ah dan tidak rakus pada harta. Akal adalah
kunci harta, berkawan dengan orang tidak berakal akan merugikanmu,
karena dia akan memeras kamu. Orang fasiq, ia tidak takut kepada Allah
dan tidak bisa dipercaya omongan dan tindakannya.
7. Memilih ilmu yang dibahas dan siapa pengajarnya / Syeikhnya
Seorang pencari ilmu harus berfikir hal yang terpenting sebagai
pijakan untuk melangkah. Ilmu mengenal Allah adalah pangkal dari segala
ilmu, dari segi Uluhiyah, Rububiyah, Asma’ dan Sifat-Nya. Ia merupakan
pijakan seorang hamba untuk meraih kebahagiaan dan kebaikan dunia dan
akhirat.
Kongkritnya, pencari ilmu harus meletakkan selera/kemauan awalnya
adalah memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena keduanya merupakan dasar
ilmu yang haq. Bodoh terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan
klimaknya- kebodohan yang tidak akan tertolong. Sungguh, ini merupakan
nasehat yang sangat penting bagi pencari ilmu.
Imam Syafi’i berkata : ilmu selain Al-Qur’an hanyalah sendagurau,
kecuali Hadits Nabi, kalau bukan Hadits Nabi yaitu kegiatan-kegiatan
yang menjurus kepada pemahaman ajaran Islam. Ilmu yang sebenarnya adalah
Al-Qur’an dan As-Sunnah, selain dari itu adalah bisikan-bisikan
syetan.
Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah : Ilmu adalah Al-Qur’an, Sunnah Nabi dan perkataan Sahabat.
Maka, tambang ilmu itu sebenarnya adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Ibnu Jama’ah : seorang pencari ilmu harus berfikir ulang,
ber-istikhoroh meminta kepada Allah kepada siapa ia akan menimba ilmu,
baguskah perangainya dan lain-lain.
Ibrahim berkata : orang-orang salaf kalau mau belajar kepada guru, ia
perhatikan betul guru tersebut cara berpakaian, tutur bicaranya dan
sholat lima waktunya, kalau sudah jelas, ia baru mau belajar kepadanya.
Imam Ats-Tsauri : siapa yang mendengarkan suara orang-orang ahli bid’ah,
sikapnya itu akan sia-sia di hadapan Allah SWT, siapa yang ber-jabat
tangan denganya, akan mengurangi nilai Islam sedikit demi sedikit.
Ibnu Sirin : Sesungguhnya ilmu ini adalah DIEN, maka perhatikan betul dari siapa kamu mendapatkan ilmu itu.
Seseorang mempelajari fisika, kimia, biologi, kedokteran, geografi,
kemiliteran, ilmu-ilmu sosial dan lainnya, bila tidak didasari dengan
Al-Qur’an dan As-Sunnah secara benar maka akan membahayakan dirinya,
keluarganya, masyarakat dan negaranya. Lebih-lebih guru/dosen mereka
yang tidak jelas amaliyah dan fikrahnya. Jangan-jangan guru/dosenya
adalah musuh Islam, atau kafir tulen yang selalu melecehkan Islam.
8. Menjaga adab terhadap Guru / Syeikhnya
Ibnu Thowus mendengar dari bapaknya : menghormati guru adalah sunnah.
Maimun bin Mihran : janganlah kamu berdebat dengan orang yang lebih pintar darimu, itu tidak akan membawa manfaat bagimu.
Az-Zuhri : Salmah sering mendebat Ibnu Abbas, akhirnya Salmah tidak
banyak mendapatkan ilmu darinya, padahal Ibnu Abbas ilmunya sangat
banyak.
Ibnu Jama’ah : seorang murid jangan sampai masuk ke majlis syaikh
kecuali harus ijin, baik syaikh dalam keadaan sendirian ataupun ada
pendampingya. Ketika memasuki majlis taklim, hendaklah bersih badan,
pakaian dan kukunya, jangan sampai bau badanya menyengat tidak harum.
Ingat, masjlis taklim adalah majlis dzikir dan pertemuan yang hal itu
merupakan ibadah.
Abu Bakar bin Al-Anbari dalam majlis ilmunya, ketika murid mendengarkan
ilmu, suasananya sangat tenang, seolah-olah kepala mereka jika
dihinggapi burung maka burung itu tidak akan terbang, saking tenangnya
suasana belajar.
Abdurrohman bin Umar : pernah ada seorang murid bermajlis di tempatnya
Abdurrohman bin Mahdi, dia ter-tawa-tawa. Maka murid itu dimarahi
dengan kata-kata tegas, di sini kamu mencari ilmu sambil tertawa-tawa,
sebagai peringatan, kamu saya skorsing untuk tidak boleh mengikuti
pelajaran selama satu bulan.
9. Menjaga adab terhadap kitab
Kitab adalah alat ilmu. Orang-orang salaf sangat serius menjaga
kitab-kitab mereka. Murid selalu berusaha menyiapkan buku-buku yang ia
butuhkan, dengan cara membeli ataupun meminjam, sekali lagi karena buku
itu sangat penting. Boleh saja meminjam buku kepada orang lain, jika
bisa merawat dengan baik, karena hal itu dalam rangka menghormati ilmu
yang ada di dalamnya.
Peminjam buku tidak boleh se-enaknya mencoret buku tersebut, atau merubah bentuk buku itu kecuali harus ijin kepada pemiliknya.
Waki’, guru Imam Syafi’i berkata : Berkahnya ilmu hadits adalah merawat buku.
Sofyan Ats-Tsauri : siapa bakhil terhadap ilmu yang ia miliki, maka akan
terjerat tiga perkara : lupa dan tidak hafal lagi ilmunya, ilmunya
mati dan tidak bermanfaat atau hilang buku-bukunya.
Imam Az-Zuhri : Hai Yunus, kamu jangan berlebih-lebihan dalam masalah
buku, maksudnya buku itu disimpan saja, tidak pernah dibaca dan dipinjam
oleh kawan-kawannya.
Robi’ bin Sulaiman : Al-Buthy mengingatkan saya : jagalah buku-bukumu, jika bukumu hilang kamu sulit mendapatkan gantinya.
Sofyan : Jangan kau pinjamkan buku-bukumu kepada orang lain.
Jangan sampai kamu letakkan bukumu secara sembarangan, letakkan di rak yang rapi agar tidak rusak.
10. Adab di ruang belajar
Seorang murid ketika memasuki majlis hendaklah punya semangat yang
membara, hatinya konsentrasi pada pelajaran, tidak terganggu oleh
kesibukan luar majlis, ketika memasuki ruangan hendaklah menebarkan
salam dengan suara yang terang.
Imam Ahmad bin Hambal : di kegelapan pagi hari ba’da shubuh, tiap kali
aku mau berangkat untuk mengkaji Al-Hadits, ibuku selalu menyiapkan
pakaian yang akan aku pakai. Aku selalu bermajlis dengan Abu Bakar bin
Ayyas dan lain-lain.
Sebelum pelajaran, hendaklah dimulai dengan Bismillahirrohamanirrohim,
walhadulillah, wash-shalatuwassalam ala Rasulihi wa alihi wa
ash-habihilkirom, kemudian mendoakan para Ulama, syekh-syekh, kedua
orang tuanya dan segenap kaum muslimin.
Kalau ditanya oleh gurunya, sudahkah faham pelajaran ini, maka jangan
bilang sudah, kecuali memang betul-betul sudah faham. Jangan malu
berkata – saya belum mengerti – kalau memang belum mengerti.
Imam Mujahid : ilmu tidak bisa diraih dengan sikap malu-malu dan takabbur.
C. CARA MERAIH ILMU YANG BERMANFAAT
1. Hendaklah meminta dengan sungguh-sungguh kepada Allah ilmu yang bermanfaat.
Rasulullah pernah berdoa : Ya Allah berilah aku manfaat terhadap ilmu
yang telah Engkau berikan kepadaku, ajarkanlah ilmu yang bermanfaat
bagiku dan tambahlah aku ilmu.
2. Bersunguh-sungguh di dalam mencarinya, rasa rindu dan cinta yang
jujur terhadap ilmu tersebut yang semua itu dilandasi dengan ridha
Allah SWT.
Lihat surat Al-Baqoroh : 282, Al-Anfal : 29
Ahli hikmah : ilmu itu bisa diraih dengan semangat yang menyertainya,
rasa cinta-senang mendengarkan akan ilmu itu dan selalu mengorbankan
waktu untuk mendapatkannya.
Imam Syafi’i : kamu tidak akan bisa meraih ilmu kecuali dengan enam
hal : 1. Kecerdasan 2. Tamak terhadap ilmu 3. Sungguh-sungguh 4.
Menghubungi guru 5. Mengeluarkan dana 6. Terus-menerus tidak putus
asa.
3. Menjauhkan diri dari kemaksiatan dengan jalan taqwa, karena hal itu merupakan faktor penting akan tercapainya ilmu.
Imam Malik berkata kepada Imam Syafii : Allah Ta’ala telah memberikan
ilmu ke dalam jiwamu, maka janganlah kau hapus ilmu tersebut dengan
kemaksiatan.
Ibnu Mas’ud : saya perhatikan orang yang sering lupa terhadap ilmunya, itu disebabkan karena ia melakukan kemaksiatan.
4. Menghindari sikap takabbur dan sikap malu mencari ilmu.
Aisyah : sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar, mereka tidak malu di dalam memahami ajaran Islam.
Imam Mujahid : Orang yang takabbur dan bermalu-malu mencari ilmu, tidak mungkin dia bisa belajar dengan baik.
5. Ikhlas di dalam mencari ilmu, ini adalah inti dan faktor terbesar dalam urusan mencari ilmu.
Siapa belajar suatu ilmu hanya sekedar mengejar keduniaan, ia tidak akan mencium baunya surga kelak di hari kiyamat.
6. Mengamalkan ilmu yang ia dapatkan.
Ibnu Taimiyah : ilmu yang terpuji dan bermanfaat adalah ilmu Al-Qur’an
dan As-Sunnah, karena keduanya merupakan warisan/peninggalan Nabi.
Para Nabi tidak mewariskan harta berupa emas dan dirham, akan tetapi
mereka mewariskan ilmu, siapa yang mengambil ilmu itu maka akan
beruntung.
D. RENUNGAN UNTUK KELUARGA MUSLIM
1. Pernahkah kita tersinggung ikut memikirkan nasib ummat yang tidak
jelas arah dan tujuan pendidikan mereka dari TK sampai Perguruan Tinggi
di negeri kita ini ?
2. Pernahkah kita mengkaji dengan jujur adab-adab mencari ilmu dan
bagaimana cara-cara meraihnya ? sudahkah kita ingatkan hal ini kepada
anak-anak, orang tua, sanak-saudara atau ikhwan-ikhwan kita ?
3. Pernahkah kita berdo’a kepada Allah meminta ilmu yang bermanfaat
secara lisan, yang kemudian kita benarkan dengan hati dan diwujudkan
dengan amal perbuatan ? Ingat, ucapan lisan, hati dan tindakan
perbuatan adalah bukti orang beriman.
4. Bisakah kita mendapatkan llmu dengan cara sendirian tanpa guru/syekh ?
Imam Ibnu Hajar Al-Atsqolany, gurunya 600 orang, guru/syekh yang telah
memberikan ijazah secara resmi sebanyak 450 orang. Beliau telah
menulis 150 buku.
5. Pernahkah kita bercerita tentang sejarah ulama dan mengkaji
ilmu-ilmu mereka ? Seperti : Imam Ahmad bin Hambal, Imam Syafi’i, Imam
Hanafi, Imam Maliki, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Imam Asy-Syatibi,
Adz-Dzahaby, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah, Imam Ath-Thobari, Imam
Al-Qurthuby dan lain-lain.
Imam Abu Hanifah : bercerita tantang perjalanan Ulama dan bermajlis
dengan mereka, itu lebih aku sukai daripada memahami ilmu dengan cara
sendirian, hal itu merupakan adab dan sikap orang-orang salaf.
E. DAFTAR PUSTAKA
1. Miftahul Jannah, Imam Asy-Syuyuthy
2. Kitabul Ilmy, Zuhair bin Harb Abu Khaitsumah An-Nasaiy
3. Shahih Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlihi, Al-Hafidz Ibnu Abdil Barr
4. Adab Thalibil Ilmi, Abu Abdullah Muhammad bin Said bin Ruslan
5. Al-Hikmah fiddakwah Ilallahi Ta’ala, Said bin Ali bin Wahf Al-Qohthony
6. Tahdzibut Tahdzib, Imam Ibnu Hajar Al-Atsqolany
7. Madza Ya’niy Intimaiy Lil-Islam, Fathy Yakan ( edisi Indonesia )
7. Madza Ya’niy Intimaiy Lil-Islam, Fathy Yakan ( edisi Indonesia )